Sabtu, 16 Februari 2013

Abstrak "Perubahan dan Perkembangan Organisasi"



Kata “perubahan” telah menjadi sangat popular belakangan ini. Dari forum-forum informal seperti obrolan di kantin-kantin sampai yang sangat formal dibicarakan oleh para ahli strategi di korporasi bisnis, universitas ataupun lembaga pemerintahan, nampak antusiasme yang sangat tinggi ketika topik yang dibahas adalah mengenai perubahan. Perubahan teknologi yang revolusioner, perubahan sosial-politik dan ekonomi, konsumen yang makin sulit diprediksi, lingkungan bisnis yang makin kompleks, dan lain sebagainya. Angin perubahan memang tengah dan akan terus berhembus, bahkan meningkat kecepatannya dari hari ke hari.
Namun, antusiasme itu seringkali tak tertransformasikan secara baik ke level operasional. Mind-set ataupun paradigma tentang perubahan seringkali lebih terapresiasi  ketika masih dalam tahap formulasi strategi. Dan ketika ide itu diadopsi dan selanjutnya diimplementasi, resistensi pun muncul kemudian, bahkan kadangkala ketika sebuah awal sedang dimulai.  
Leonardo da Vinci pun pernah menulis: “It is easier to resist at the beginning than at the end”. Banyak yang sepakat dengan pernyataan tersebut. Ini terjadi pada banyak organisasi, dimana resistensi hampir tidak pernah absen ketika organisasi tersebut mulai menerapkan sesuatu yang baru, entah itu strategi baru, proses baru ataupun sistem yang baru sebagai antisipasi terhadap perubahan-perubahan eksternal.
Penerapan strategi baru, proses baru ataupun sistem baru memang identik dengan perubahan-perubahan internal lainnya. Bahkan ketika organisasi mencanangkan suatu visi barupun, banyak perubahan yang harus menyertainya. Visi menjadi universitas terkemuka di dunia misalnya, haruslah disertai perubahan dalam kapabilitas layanan akademis, teknologi, disiplin dan komitmen, bahasa internasional, dan perubahan-perubahan lain yang sangat mendukung pencapaian visi tersebut.