Analisis
Kebangkrutan
Analisis terhadap peluang
kebangkrutan suatu perusahaan dipandang penting bagi suatu perusahaan. Analisis ini mencakup penggunaan
model-model prediksi kebangkrutan yang meliputi:
a.
Model Univariat
Model
univariat dalam prediksi kebangkrutan suatu perusahaan digunakan untuk mengkaji
hubungan antara rasio keuangan tertentu dengan kebangkrutan suatu perusahaan.
Model
ini dikembangkan oleh William Beaver yang mulanya meneliti 29 rasio keuangan
perusahaan selama lima tahun dengan menggunakan sample perusahaan bangkrut dan
tidak bangkrut. Dari hasil penelitian tersebut, Beaver menemukan enam rasio
keuangan yang dianggap mempunyai daya pembeda (discriminating power) yang sangat baik yang dapat membedakan
perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Keenam rasio keuangan tersebut adalah:
1.
Laba bersih sebelum depresiasi,
deplesi, dan amortisasi terhadap total kewajiban (net income before depreciation, depletion, & amortization to total
liabilities)
Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang, dimana
hasil pengukurannya menunjukkan besarnya arus kas dari kegiatan operasi yang
tersedia untuk dapat memenuhi seluruh kewajiban perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil
risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar
risiko bagi perusahaan.
2. Laba bersih terhadap total aktiva (net income to total assets)
Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana
hasil pengukurannya menunjukkan tingkat produktivitas aktiva yang
diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih.
3.
Total utang terhadap total
aktiva (total debt to total assets)
Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang perusahaan,
dimana hasil pengukurannya menunjukkan besarnya pendanaan utang yang digunakan
untuk membiayai seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin besar risiko
bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil risiko
bagi perusahaan.
4.
Modal kerja bersih terhadap
total aktiva (net working capital to
total assets)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas
jangka pendek perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan struktur
aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi
perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi
perusahaan.
5.
Aktiva lancar terhadap
kewajiban lancar (current assets to
current liabilities)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan,
dimana hasil pengukurannya menunjukkan besarnya aktiva lancar yang tersedia untuk
dapat memenuhi kewajiban lancar perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko
bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko
bagi perusahaan.
6.
Kas, surat-surat berharga,
piutang usaha terhadap beban-beban operasi tidak termasuk depresiasi, deplesi,
dan amortisasi (cash, marketable
securities, account receivable to operating expenses excluding depreciation,
depletion, & amortization)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan,
dimana hasil pengukurannya menunjukkan tersedianya alat likuiditas untuk dapat
memenuhi beban-beban operasi tunai perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko
bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko
bagi perusahaan.
b.
Model Multivariat,
Model multivariat
merupakan suatu model yang mengkombinasikan beberapa rasio keuangan secara
bersama-sama (simultan) memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Dalam model Multivariat ini, terdiri dari:
1.
Model
Z-Score
Model Z-Score merupakan salah satu model multivariat telah
dikembangkan oleh Edward Altman. Model ini dikembangkan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Altman yang memilih sampel beberapa perusahaan yang
bangkrut dan perusahaan yang sehat pada ukuran dan industri yang sama. Dari
hasil penelitian Altman menemukan lima rasio keuangan yang dianggap paling baik
membedakan perusahaan yang sehat dan bangkrut. Kelima rasio keuangan tersebut
adalah:
a)
Modal kerja bersih terhadap
total aktiva (net working capital to total assets = X1)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana
hasil pengukurannya menunjukkan struktur aktiva perusahaan. Semakin besar rasio
ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio
ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
b) Laba ditahan terhadap total aktiva (retained earnings to total assets = X2)
Rasio ini
menunjukkan profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan tingkat
penggunaan laba ditahan untuk membiayai aktiva perusahaan.
c)
Laba sebelum bunga dan pajak
terhadap total aktiva (earnings before
interest and taxes to total assets = X3)
Rasio ini
menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya
menunjukkan tingkat produktivitas aktiva yang diinvestasikan perusahaan dalam
menghasilkan laba operasi perusahaan.
d)
Nilai pasar ekuitas terhadap
nilai buku kewajiban (market value of
equity to book value of liabilities = X4)
Rasio ini
menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang perusahaan serta penilaian
terhadap profitabilitas, dimana hasil pengukurannya menunjukkan struktur
pendanaan yang digunakan untuk membiayai seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil
risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar
risiko bagi perusahaan.
e)
Penjualan terhadap total aktiva
(sales to total assets = X5)
Rasio ini menunjukkan tingkat
profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan tingkat
produktivitas aktiva yang diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan.
Berdasarkan rasio
keuangan tersebut sebagai variabel prediktor ditemukan model prediksi
sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan :
Standar Penilaian (Cut off point) Model Z-Score
Ukuran
|
Keterangan
|
Z-Score < 1,81
|
Peluang bangkrut besar
|
Z-Score > 3,00
|
Peluang bangkrut kecil
|
1,81 ≤ Z-Score
≤ 3,00
|
Daerah abu-abu
|
2.
Model
Logit (Ohlson)
Salah satu Model Multivariat yang lain
adalah Model Analisis Logit (logit
analysis) yang dikembangkan oleh James A. Ohlson. Pada model ini, Ohlson
menemukan sembilan rasio keuangan sebagai variabel prediktor yang dianggap
paling baik yaitu:
a)
Logaritma
alam (ln) total aktiva terhadap Deflator GNP (natural log of total assets to GNP implicit Price Deflator Index = SIZE)
b) Total kewajiban terhadap total aktiva (total liabilities to total assets = TLTA)
c) Aktiva lancar kurang kewajiban lancar terhadap
total aktiva (current assets – current
liabilities to total assets = WCTA)
d) Kewajiban lancar terhadap aktiva lancar (current liabilities to current assets = CLCA)
e) Laba bersih terhadap total aktiva (net income to total assets = NITA)
f) Dana dari operasi terhadap total kewajiban (funds from operations to total liabilities
= FUTL)
g) Variabel dummy yaitu bernilai satu jika laba
bersih negatif selama dua tahun terakhir dan bernilai nol jika tidak demikian (one if net income was negative for the last
two years and zero otherwise = INTWO)
h) Variabel dummy yaitu bernilai satu jika total
kewajiban melebih total aktiva dan bernilai nol jika tidak demikian (one if total liabilities exceed total asset
and zero otherwise = OENEG)
i)
(Laba
bersiht – Laba bersiht-1)/(│Laba bersiht│
+│Laba bersiht-1│) = CHIN
j)
Kriteria
penilaian:
k)
Cut off
point = 3,8%, jadi jika p > 3,8% berarti perusahaan berpeluang bangkrut
Berdasarkan kesembilan
variabel prediktor tersebut, Ohlson menetapkan fungsi multivariat sebagaimana
ditunjukkan pada Persamaan
Selanjutnya
untuk menghitung peluang kebangkrutan dapat digunakan formulasi sebagaimana
ditunjukkan pada Persamaan :
Keterangan: p = adalah peluang kebangkrutan
e = adalah
bilangan logaritma bernilai 2,718282
y = adalah
fungsi multivariat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar