Senin, 10 Juni 2013

Activity Based Costing & Activity Based Management (Jurnal of Fashion Marketing and Management oleh Andrew Hughes)



A.   Pengertian Activity Based Costing(ABC)
Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem akuntansi yang berfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa. Dalam ABC, harus dilakukan penelitian aktivitas apa saja yang dilakukan untuk memproduksi produk. Ketelitian penemuan aktivitas akan menyebabkan ketelitian perhitungan harga pokok produk. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan ke objek biaya berdasarkan penggunaannya.
ABC menjadi alat biaya populer di kalangan perusahaan manufaktur pada tahun 1980. Perusahaan manufaktur memiliki tingkat biaya tidak langsung mulai dari 70 sampai 95 persen. Berdasarkan sistem akuntansi manajemen tradisional, biaya-biaya tidak langsung diserap ke dalam produk dengan, Misalnya, alokasi pada £1 per jam tenaga kerja langsung atau, £1 per jam mesin atau persen biaya primer atau, persen biaya bahan langsung dan sebagainya. Singkatnya, melalui sistem akuntansi manajemen tradisional, semua biaya secara tidak langsung dalam sebuah produk dapat ditelusuri. Sumber daya yang dikonsumsi dialokasikan secara proporsional dengan volume masing-masing produk yang mengalami proses produksi.
Di sinilah letak masalahnya. Seperti yang dikemukakan oleh Pieper (1999), bahwa volume biaya driver gagal diterapkan dalam produk yang beragam dalam bentuk ukuran atau kompleksitas. Demikian pula tidak ada hubungan langsung antara volume produksi dan konsumsi biaya. Bagaimanapun juga, ABC menelusuri keterlibatan biaya untuk kegiatan perusahaan.
B.     Tahap-tahap dalam Perancangan Sistem ABC
Menurut Blocher dkk. (2000 : 123-126) tahap perancangan ABC dibagi dalam tiga tahap yaitu :
1.      Mengidentifikasikan Biaya Sumber Daya dan Aktivitas
Tahap pertama dalam merancang sistem ABC adalah mengidentifikasikan biaya sumber daya dan melakukan analisis aktivitas. Biaya sumber daya adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan berbagai aktivitas. Sebagian besar biaya sumber daya ada dalam subrekening buku besar, seperti bahan, supplies, pembelian, penanganan bahan, pergudangan, ruang kantor, mebel, dan peralatan lain, bangunan, peralatan pabrik, utilitas gaji, dan tunjangan, teknik dan akuntansi.
Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi pekerjaan (aktivitas) dalam organisasi.
Analisis aktivitas meliputi pengumpulan data dari dokumen dan catatan yang ada, dan penelitian/survei dengan menggunakan daftar pertanyaan, observasi, dan wawancara secara terus-menerus terhadap orang-orang kunci. Anggota tim proyek ABC biasanya menanyakan hal-hal ini kepada karyawan atau manajer kunci :
a)      Apa pekerjaan/aktivitas yang Anda lakukan?
b)      Berapa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?
c)       Apa sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?
d)      Nilai apa yang dimiliki oleh aktivitas tersebut bagi perusahaan?
Tim proyek ABC juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan observasi dan membuat daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan.
Proses pemanufakturan mempunyai empat kategori aktivitas:
a)      Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit produk. Contoh aktivitas berlevel unit (berdasarkan volume atau unit) adalah pemakaian bahan, pemakaian jam kerja langsung, memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan aktivitas menjalankan mesin.
b)      Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau kelompok produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch ingin diproduksi. Contoh aktivitas berlevel batch adalah setup, mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk setiap batch dan penanganan bahan.
c)       Aktivitas untuk mendukung produk. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas untuk mendukung produk adalah merancang produk, administrasi suku cadang, penerbitan formulir pesanan untuk mengubah teknik rekayasa dan ekspedisi.
d)      Aktivitas untuk mendukung fasilitas. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi secara umum. Contoh aktivitas ini adalah keamanan, keselamatan kerja, pemeliharaan, manajemen pabrik, depresiasi pabrik dan pembayaran pajak properti.
2.      Membebankan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas
Aktivitas menimbulkan biaya sumber daya. Driver sumber daya (Resources driver) digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas. Kriteria penting untuk memilih cost driver yang baik adalah hubungan sebab akibat. Driver sumber daya biasanya meliputi:
a)      meter untuk utilitas;
b)      jumlah tenaga kerja untuk aktivitas yang berkaitan dengan penggajian;
c)       jumlah setup untuk aktivitas setup mesin;
d)      jumlah pemindahan untuk aktivitas penanganan bahan;
e)      jam mesin untuk aktivitas menjalankan mesin dan (6) luas lantai untuk aktivitas kebersihan.
3.      Membebankan Biaya ke Objek Biaya
Jika aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya aktivitas per unit. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk output yang diproduksi oleh aktivitas tersebut. Perbandingan selama beberapa waktu dengan organisasi lain dapat digunakan untuk menentukan efisiensi (produktivitas) untuk aktivitas-aktivitas tersebut.
Output merupakan objek biaya yang membutuhkan aktivitas, output untuk sebuah sistem biaya, biasanya berupa produk, jasa, pelanggan, proyek, atau unit bisnis. Contohnya, dalam perusahaan asuransi, output dapat berupa produk atau jasa individual yang ditawarkan kepada pelanggan, pelanggan, agen asuransi atau divisi yang menerima manfaat dari sumber daya perusahaan.
Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Driver aktivitas biasanya berupa jumlah pesanan pembelian, jumlah laporan penerimaan barang, jumlah laporan, atau jam inspeksi, jumlah suku cadang yang disimpan, jumlah pembayaran, jam kerja langsung, jam mesin, jumlah setup dan waktu siklus produksi.
C.    Pengertian Activity Based Management(ABM)
Activity Based Management (ABM) adalah pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai (value) yang diterima oleh pelanggan dan untuk meningkatkan laba melalui peningkatan nilai tersebut. ABM menggunakan ABC sebagai sumber informasi utamanya. Keunggulan utama pendekatan ABM meliputi:
1.      ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas tersebut bisnis kunci  dan mengidentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut bisa diperbaiki untuk menurunkan biaya dan meningkatkan nilai bagi pelanggan.
2.        ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan  sumber daya untuk menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan kunci, produk kunci, dan metode untuk mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan.
Manajer sekarang akan memiliki pandangan yang jelas dari banyak masalah yang akan membantu pengambilan keputusan mereka. Fokus pada biaya yang signifikan akan memberikan dorongan untuk meningkatkan proses - dengan demikian mengurangi biaya, misalnya melalui:
1.      Total Quality Management (TQM)
TQM atau manajemen kualitas total, menurut Ibid, merupakan upaya yang dilakukan secara terus menerus oleh setiap orang dalam organisasi untuk memahami, memenuhi dan melebihi harapan pelanggan.
2.      Just-In-Time (JIT);
JIT merupakan suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya sesuai kehendak konsumen secara tepat waktu.
3.      proses re-engineering
Proses re-engineering merupakan proses pengaturan kembali seluruh kebijakan organisasi atau unit.
D.    Aktivitas yang Bernilai Tambah dan tidak Bernilai Tambah
Activity Based Management(ABM) berfokus pada pengidentifikasian aktivitas yang dapat dieliminasi dan meyakinkan bahwa aktivitas yang diperlukan sudah dijalankan secara efisien. Untuk memperbaiki operasi,  manajemen harus menghilangkan aktivitas yang tidak efisien dan tidak perlu, menentukan ‘cost driver’ aktivitas, dan mengubah level ‘cost driver’. Tugas utama dalam analisis aktivitas adalah mengidentifikasi aktivitas bernilai tambah dan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
1.      Aktivitas bernilai tambah
Adalah aktivitas yang memberi kontribusi terhadap ‘customer value’ dan memberikan kepuasan kepada pelanggan atau organisasi yang membutuhkannya. Contohnya meliputi perancangan produk, pemrosesan oleh tenaga kerja langsung, penambahan bahan langsung, aktivitas yang berkaitan dengan mesin dan pengiriman produk.
2.      Aktivitas tidak bernilai tambah
Adalah aktivitas yang tidak memberikan kontribusi terhadap ‘customer value’ dan memberikan kepuasan kepada pelanggan atau terhadap kebutuhan organisasi. Contohnya aktivitas  setup, perpindahan, waktu menunggu, reparasi, inspeksi dan penyimpanan.
E.   Jurnal Dari Artikel Sumber
1.     Pakaian dan Tekstil, UKM, dan ABC/ABM
Industri pakaian dan tekstil (serta sepatu) memiliki sejumlah besar perusahaan berkembang yang tergolong dalam Usaha Kecil Menengah(UKM). Industri ini sangat terkonsentrasi pada keadaan geografis - tekstil katun di wilayah utara-barat, wol dan worsteds di Yorkshire, linen di Irlandia Utara, rajutan halus di Skotlandia, pakaian rajut dan alas kaki di Timur Midlands. Produksi pakaian lebih banyak tersebar tapi dengan konsentrasi ukuran pada masyarakat etnis mapan di West Midlands, London Utara, London Timur (Departemen Perdagangan dan Industri, 2000). “Sektor industri tekstil dan pakaian di UK telah menggunakan tenaga kerja dalam 142,000 pekerjaan, atau 28 persen penyerapan tenaga kerja, selama dekade terakhir "(UK Fashion Laporkan, 1998/1999). Laporan yang sama menyoroti sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan penyerapan tenaga kerja:
a)      Inflasi rendah telah memungkinkan pengecer untuk menahan harga produk agar tetap murah yang akan menciptakan lingkungan yang menantang daya saing masing-masing produsen;
b)      Turunnya biaya produksi di luar negeri khususnya, tenaga kerja;
c)      Meningkatnya biaya produksi dalam negeri.
Peningkatan biaya produksi industri pakaian dan tekstil dalam negeri lebih lambat dibandingkan dengan industri lainnya. Hal ini disebabkan oleh "insiden sub-kontrak yang lebih besar dan pengolahan perdagangan ke luar negeri" dalam industri tekstil dan pakaian manufaktur.
d)     Tuntutan dan harapan pelanggan telah berubah – perputaran yang rendah, siklus hidup produk tidak lama dan kualitas yang lebih tinggi.
2.      Isu pada Perusahaan UKM Pakaian dan Tekstil: Pasar Ekspor Menurun
Pada tahun 2001, survei tekstil dan pakaian yang dilakukan oleh kantor pemerintah London menemukan bahwa sektor (di ibukota) didominasi oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). Hal ini tergolong karena semakin sedikitnya jumlah karyawan (55 persen unit usaha hanya memiliki kurang dari lima orang karyawan), memiliki omzet kurang dari £ 500.000.000 (47 persen dari sampel) dan dimiliki oleh orang yang berasal dari  etnis minoritas. Perusahaan Cut Make and Trim (CMT) yang menyusun 27,5 persen dari sampel, lebih mungkin dimiliki oleh seseorang dari etnis minoritas (82 persen), dan memiliki omzet kurang dari £ 500.000.000 (lebih dari 75 persen).
Dibandingkan dengan sektor kecil lainnya (desainer, spesialis dan wanita) pemilik CMT jauh lebih pesimis tentang masa depan (64 persen percaya bahwa bisnis CMT menurun). Pada tahun 2001, survei tekstil dan pakaian yang dilakukan oleh kantor pemerintah London menemukan bahwa sektor (di ibukota) didominasi oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). Namun ada pengakuan bahwa kelanjutan industri pakaian dan tekstil di UK diinginkan. Jim Hodgkinson, mantan kepala eksekutif dari New Look berkomentar "Kita peduli manufaktur Inggris karena jika kita meninggalkan basis manufaktur kami di Inggris, kita menghancurkan pekerjaan Inggris. Kami mengambil uang dari kantong pelanggan kami sendiri yang berarti mereka tidak bisa lagi mampu untuk berbelanja pada kami "(Busana Dunia, 1999). "Memiliki basis manufaktur sendiri meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Hal ini sangat mudah untuk membuat transisi dari ‘sedang di kontrol’ menjadi berada di luar kendali " (Pakaian Dunia, 1998).
Kebutuhan untuk merespon dengan cepat telah menerima makna yang lebih besar dengan sukses masuk ke pasar pakaian Inggris pengecer Swedia Hennes & Maritz – yang menjual murah busana bekas. Demikian pula, perusahaan Spanyol, Zara dengan rantai pasokannya yang terletak dekat kantor pusatnya, mampu merespon permintaan  "Fast Fashion" yaitu pembeli masyarakat yang bersemangat untuk memakai pakaian yang mereka lihat dipakai oleh selebriti dalam majalah Heat atau Hello.
Pengecer Inggris yang dipimpin oleh Phillip Greens Top Shop menanggapi tantangan dari pemasok mereka dalam waktu tempuh yang lebih pendek- kurang dari enam minggu, dan kemampuan untuk cepat merespon perubahan selera mode - meningkatkan produksi item yang populer sementara berhenti memproduksi untuk pedagang kecil. Bukti ini menunjukkan ada kesempatan untuk mengembangkan ABC/ABM agar meningkatkan profitabilitas Unit Usaha UKM  pakaian dan tekstil.
3.      Perbandingan penerapan traditional accounting management system dan activity based costing
PT XYZ merupakan sebuah Unit usaha UKM dalam industri pakaian dan tekstil yang berbasis di London Selatan - didirikan pada tahun 1995. Perusahaan ini memproduksi pakaian formal dan kasual wanita untuk satu pengecer - hubungan positif  di dasari oleh kedua belah pihak. Mereka juga mengambil alih pekerjaan pengguntingan pola dan pemasangan kancing  untuk produsen lingerie (mewakili 5% dari kegiatan). Strategi masa depan didasarkan pada memuaskan kebutuhan pelanggan utama, dan mempertahankan neraca keuangan yang sehat.
Di perusahaan ada persepsi bahwa penghasil laba terbesar adalah produk Celana panjang (45% kegiatan), diikuti oleh produk Rok (35% kegiatan), dan Dresses (15% kegiatan), mendapatkan margin terendah. Produksi ditentukan oleh ukuran pemesanan dan sepenuhnya di buat sendiri - yang dipandang sebagai positif oleh manajemen. Metode biaya saat ini telah digunakan oleh XYZ sejak pembentukannya pada tahun 1995 adalah :
a)      Penyerapan biaya overhead pabrik untuk semua produk digunakan.
b)      Tenaga kerja langsung dan material langsung  dihitung berdasarkan penggunaan.
c)      Biaya dan keuntungan hanya dihitung dengan menambahkan £ 0,50 untuk setiap unit (terlepas dari jenis produk).
Menurut literature, metode biaya di atas,  tidak biasa bagi organisasi manufaktur tradisional untuk menggunakan penyerapan biaya overhead pabrik untuk semua produk dalam mengalokasikan biaya overhead biaya produk. Esculier (1997) berpendapat pada dasarnya ada dua konsep biaya, "biaya langsung dan biaya penyerapan - yang terakhir yang berhubungan dengan aturan pajak daerah untuk penilaian persediaan produk jadi dan laba fiskal turunan". Tabel I menggambarkan total cost incurred pada XYZ untuk semua aktivitas dan lini produk.
 Tabel I
Direct Labor
250.000


Direct Materials
75.000




325.000
Prime Cost
Production Overheads
50.000
375.000
Production Cost
Admin Expenses
25.000


Selling expenses
20.000


Distribution expenses
13.000


Finance expenses
12.000
445.000
Total Cost

Jika misalnya, kita sekarang mengambil produk tunggal (Tabel II) yaitu celana panjang (45 persen kegiatan). Struktur biaya terlihat jelas dalam Tabel II.  Dalam ABC - tenaga kerja langsung dan biaya overhead produksi akan dialokasikan oleh tingkat kegiatan. Tabel III menerapkan proses ABC untuk pembuatan celana panjang. Alokasi biaya diberikan pada Tabel III. Dengan hanya memeriksa kegiatan yang terlibat dalam pembuatan celana itu jelas bahwa ini adalah aktivitas yang jauh lebih menguntungkan daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Karena perusahaan menggunakan harga jual yang sama, laba yang dihasilkan oleh celana panjang beranjak naik dari £ 5.000 ke £ 28.500.  Keuntungan "tersembunyi" ini kemungkinan dikonsumsi, saat ini, sebagai biaya oleh salah satu rentang produk lainnya, yaitu rok atau dress, atau terjadi dalam proses pengguntingan pola dan pemasangan kancing untuk produsen pakaian. Perusahaan sekarang harus memeriksa  kondisi ini. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang mengkonsumsi biaya manajer terbesar akan mampu membuat keputusan, yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas. Mereka bisa menerapkannya, misalnya, dengan memberhentikan produksi lini produk yang mahal atau mengambil alternatif dengan outsourced memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada perluasan profitable lines.
Tabel II
Celana Panjang (TMAS)
10.000 units
Direct Labor
112.500


Direct Materials
33.750




146.250
Prime Cost
Production Overheads
22.500
168.750
Production Cost
Expenses
31.500
200.250
Total Cost


20,03
Total Cost Per Unit


20,53
Selling Price


205.250
Total Revenue


5.000
Profit

Tabel III
Celana Panjang (ABC)
10.000 units
Direct Materials


33.750

Direct Labor
Pattern Cutting
22.000



Grading
19.000



Lay Planning
18.500



Sewing
21.000



Finishing
14.300



Inspection
6.500



Boxing Up etc.
3.500



Storage
7.000




111.800
145.550
Production Cost
Expenses

31.500
177.050
Total Cost



17.71
Total Cost Per unit



20.53
Selling Price



205.250
Total revenue



28.200
Profit

ABC memungkinkan untuk melacak biaya sebenarnya dari produk dengan melihat kegiatan yang terlibat dalam pembuatannya. Misalnya, dengan memeriksa sumber daya (upah, bahan mentah, dan fasilitas) yang dikonsumsi dalam pembuatan celana, melalui kegiatan komponen yang terlibat dalam pembuatan dan pengolahan - yaitu pengguntingan pola, pemasangan kancing, perancangan letak jahitan, penyelesaian produk, inspeksi, pengemasan kotak (kemasan plastik, ayunan merk dll), penyimpanan, dan menghitung berapa banyaknya setiap biaya dari setiap aktivitas, hal ini dapat memberikan nilai atribut secara akurat pada bagian produksi perusahaan tersebut.
Gunasekaran (1999) menunjukkan jelas bahwa hasil dari proses ABC memungkinkan manajer untuk:
a)      Pengurangan target biaya, mengidentifikasi dan mempromosikan praktek yang baik;
b)      Mengukur kinerja sehingga meningkatkan efisiensi;
c)      Membuat keputusan tentang harga produk dan profitabilitas;
d)     Mengelola dan mengendalikan anggaran, dan
e)      Akhirnya menentukan metode ABC untuk objek biaya lainnya, sehingga menghasilkan, misalnya, profitabilitas pelanggan per individu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar