BAB I
PENDAHULUAN
Dari
awal sangat perlu dipahami mengapa pengukuran kinerja organisasi (perusahaan)
sangat penting dan vital. Sebuah organisasi dalam hal ini perusahaan yang
beroperasi tanpa system pengukuran kinerja, seperti pesawat terbang yang
terbang tanpa sebuah kompas, seorang pembalap F1 yang mengemudi dan matanya
ditutup. Atau seorang CEO yang menjalankan bisnis tanpa sebuah rencana
strategis. Tujuan dari pengukuran kinerja tidak hanya bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kinerja bisnis akan tetapi mampu untuk menciptakan kinerja
yang lebih baik. Tujuan utama melaksanakan sistem pengukuran kinerja adalah
untuk meningkatkan kinerja organisasi sehingga dapat lebih baik melayani
pelanggan, karyawan, pemilik, dan stakeholder. Dimana, hasil pengukuran kinerja yang baik
akan menjadi informasi bagaimana keberadaan bisnis tersebut dan bagaimana hal
tersebut dilakukan, dan dimana itu terjadi.
Selama ini pengukuran kinerja hanya dilakukan secara
tradisional yaitu dengan menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang
berhasil mencapai tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan
memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang
semata-mata dari sisi keuangan akan dapat menyesatkan, karena kinerja keuangan
yang baik saat ini dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan
jangka panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik
dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan
investasi-investasi demi kepentingan jangka panjang.
Untuk mengatasi masalah tentang kelemahan system
pengukuran kinerja perusahaan berfokus pada aspek keuangan dan mengabaikan
kinerja non keuangan, seperti kepuasan pelanggan, produktivitas karyawan, dan
sebagainya, maka diciptakanlah sebuah model pengukuran kinerja yang tidak hanya
mencakup keuangan saja melainkan non keuangan pula, yaitu konsep Balanced
Scorecard (BSC).
Konsep Balanced Scorecard menjadi suatu
sarana untuk mengkomunikasikan persepsi strategis dalam suatu perusahaan secara
sederhana dan mudah dimengerti oleh berbagai pihak dalam perusahaan, terutama
pihak-pihak dalam organisasi yang akan merumuskan strategi perusahaan. Pengertian Balanced Scorecard sendiri
jika diterjemahkan bisa bermakna sebagai rapor kinerja yang seimbang (Balanced).
Scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja
seseorang dan/atau suatu kelompok, juga untuk mencatat rencana skor yang hendak
diwujudkan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerpa
konsep Balance Scorecard sangat berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan perusahaan sebab Balanced Scorecard yang telah dilakukan dapat
menghasilkan perbaikan dan perubahan strategis yang dilakukan untuk pencapaian
kinerja yang akan dicapai dalam pengelolaan unit usaha perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengukuran Kinerja
Pengertian penilaian kinerja (pengukuran kinerja)
menurut Mulyadi (2007: 419) adalah sebagai penentu secara periodik efektivitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan
sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengukuran kinerja dibutuhkan suatu penilaian
kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem
penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja
yang diharapkan oleh organisasi.
2.2 Tujuan
Sistem Pengukuran Kinerja
Menurut Robert & Anthony (2001: 52), tujuan dari
sistem pengukuran kinerja adalah untuk
membantu dalam menetapkan strategi. Dalam penerapan system
pengukuran kinerja terdapat empat konsep dasar :
1. Menentukan
strategi
Dalam hal ini paling penting adalah
tujuan dan target organisasi dinyatakan secara ekspilit dan jelas. Strategi
harus dibuat pertama kali untuk keseluruhan organisasi dan kemudian
dikembangkan ke level fungsional dibawahnya.
2. Menentukan
pengukuran strategi
Pengukuran strategi diperlukan
untuk mengartikulasikan strategi ke seluruh anggota organisasi. Organisasi
tersebut harus focus pada beberapa pengukuran kritikal saja. Sehingga manajemen
tidak terlalu banyak melakukan pengukuran indikator kinerja yang tidak perlu.
3. Mengintegrasikan
pengukuran ke dalam sistem manajemen
Pengukuran harus merupakan bagian
organisasi baik secara formal maupun informal, juga merupakan bagian dari
budaya perusahaan dan sumber daya manusia perusahaan.
4. Mengevaluasi
pengukuran hasil secara berkesinambungan
Manajemen harus selalu mengevaluasi
pengukuran kinerja organisasi apakah masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke
waktu.
Pengukuran kinerja membantu manajer dalam memonitor
implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan hasil actual dengan
sasaran dan tujuan strategis. Sistem pengukuran kinerja biasanya terdiri atas
metode sistematis dalam penempatan sasaran dan tujuan serta pelaporan periodik
yang mengidentifikasikan realisasi atas pencapaian sasaran dan tujuan.
2.3 Kelemahan
Pengukuran Kinerja
Robert
S. Kaplan dan David P. Norton (2000: 75) menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan
pengukuran kinerja yang menitik beratkan pada kinerja keuangan
yaitu :
1. Ketidakmampuan
mengukur kinerja harta-harta tidak tampak (intangible Assets) dan
harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.
2. Kinerja
keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan dan tidak
mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik.
2.4 Pengertian
Balanced Scorecard
Balanced Scorecard
merupakan suatu sistem manajemen strategik atau lebih tepat dinamakan "Strategic
based responsibility accounting system” yang menjabarkan misi dan
strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan tolok ukur kinerja
perusahaan tersebut. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu balanced
dan scorecard. Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang
akan digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan
datang, sedangkan balanced artinya berimbang, maksudnya adalah untuk mengukur
kinerja seseorang atau organisasi diukur secara berimbang dari dua perspektif
yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan
ekstern (Mulyadi, 2005).
Balanced Scorecard merupakan
suatu system management strategi yang
menjabarkan
visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur
dikembangkan untuk setiap 4 (empat)
perspektif
yaitu : perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses usaha dan perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan.
2.5
Manfaat
Balanced Scorecard
Manfaat Balanced Scorecard bagi
perusahaan menurut Kaplan dan Norton (2000: 122) adalah sebagai berikut :
1. Balanced
Scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk mencapai
tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
2. Balanced Scorecard memungkinkan manajer
untuk melihat bisnis dalam perspektif keuangan dan non keuangan (pelanggan,
proses bisnis internal, dan belajar dan bertumbuh)
3. Balanced
Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka investasikan
dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan
kinerja perusahaan dimasa mendatang.
2.6
Kriteria Balance
Scorecard
Balanced Scorecard yang baik harus memenuhi beberapa
kriteria antara lain:
1.
Dapat
mendefinisikan tujuan strategi jangka panjang dari masing-masing perspektif
(outcomes) dan mekanisme untuk mencapai tujuan tersebut (performance driver) .
2.
Setiap ukuran
kinerja harus merupakan elemen dalam suatu hubungan sebab akibat (cause and
effect relationship).
3.
Terkait dengan
keuangan, artinya strategi perbaikan seperti peningkatan kualitas, pemenuhan
kepuasan pelanggan, atau inovasi yang dilakukan harus berdampak pada
peningkatan pendapatan perusahaan.
2.7
Langkah-langkah Balanced Scorecard
Langkah-langkah Balanced Scorecard meliputi empat
proses manajemen baru. Pendekatan ini mengkombinasikan antara tujuan strategi
jangka panjang dengan peristiwa jangka pendek. Kempat proses tersebut menurut
(Kaplan dan Norton, 1996) antara lain :
1.
Menterjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan
Untuk menentukan
ukuran kinerja, visi organisasi dijabarkan dalam tujuan dan sasaran. Visi
adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan di masa datang.
Tujuan juga menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk
mewujudkannya. Dalam proses perencanaan strategik, tujuan ini kemudian
dijabarkan dalam sasaran strategik dengan ukuran pencapaiannya.
2.
Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
balanced scorecard
Dapat dilakukan
dengan cara memperlihatkan kepada tiap karyawan apa yang dilakukan perusahaan
untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang saham dan konsumen. Hal
ini bertujuan untuk mencapai kinerja karyawan yang baik.
3.
Merencanakan, menetapkan sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif
rencana bisnis
Memungkinkan
organisasi mengintegrasikan antara rencana bisnis dan rencana keuangan mereka.
Balanced scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur
mana yang lebih penting untuk diprioritaskan, akan menggerakkan kearah tujuan
jangka panjang perusahaan secara menyeluruh.
4.
Meningkatkan Umpan balik dan pembelajaran strategis
Proses keempat
ini akan memberikan strategis learning kepada perusahaan. Dengan balanced
scorecard sebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan melakukan monitoring
terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek.
2.8
Empat Perspektif
Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah konsep yang
mengukur kinerja suatu organisasi dari empat perspektif yaitu perspektif
finansial, perspektif customer, perspektif proses bisnis internal, perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran. Konsep Balanced Scorecard ini pada dasarnya
merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan
dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara berkelanjutan.
Menurut Kaplan dan Norton (1996),
Balanced Scorecard memiliki empat perspektif, antara lain :
1. Perspektif Keuangan (financial perspective)
Balanced
Scorecard menggunakan tolok ukur kinerja keuangan, seperti laba bersih dan ROI
(Return on Investment), karena tolok ukur tersebut secara umum digunakan dalam
organisasi yang mencari keuntungan/provit. Tolok ukur keuangan memberikan
bahasa umum untuk menganalisis perusahaan. Orang-orang yang menyediakan dana
untuk perusahaan, seperti lembaga keuangan dan pemegang saham, sangat
mengandalkan tolok ukur kinerja keuangan dalam memutuskan hal yang berhubungan
dengan dana.
Tolok ukur
keuangan yang didesign dengan baik dapat memberikan gambaran yang akurat untuk
keberhasilan suatu organisasi. Tolok ukur keuangan adalah penting, akan tetapi
tidak cukup untuk mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value). Tolok
ukur nonkeuangan juga tidak memadai untuk menyatakan angka paling bawah (bottom
line). Balanced scorecard mencari suatu keseimbangan dari tolok ukur kinerja
yang multiple-baik keuangan maupun nonkeuangan untuk mengarahkan kinerja
organisasional terhadap keberhasilan.
2.
Perspektif
Pelanggan (customer perspective)
Perspektif
pelanggan berfokus pada bagaimana organisasi memperhatikan pelanggannya agar
berhasil. Mengetahui pelanggan dan harapan mereka tidaklah cukup, suatu
organisasi juga harus memberikan insentif kepada manajer dan karyawan yang
dapat memenuhi harapan pelanggan. Bill Mariot mengatakan "Take care of
your employee and they take care of your customer”. Perhatikan karyawan anda
dan mereka akan memperhatikan pelanggan anda. Perusahaan umumya menggunakan
tolok ukur kinerja berikut, pada waktu mempertimbangkan perspektif pelanggan
yaitu :
a.
Kepuasan
pelanggan (customer satisfaction)
b.
Retensi
pelanggan (customer retention)
c.
Pangsa Pasar
(market share)
d.
Pelanggan yang
profitable
3.
Perspektif
proses usaha internal (internal business process perspective)
Terdapat
hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan
perspektif usaha internal dan proses produksi. Karyawan yang melakukan
pekerjaan merupakan sumber ide baru yang terbaik untuk proses usaha yang lebih
baik.
Hubungan pemasok
adalah kritikal untuk keberhasilan, khususnya dalam usaha eceran dan perakitan
manufacturing. Perusahaan tergantung pemasok mengirimkan barang dan jasa tepat
pada waktunya, dengan harga yang rendah dan dengan mutu yang tinggi. Perusahaan
dapat berhenti berproduksi apabila terjadi problema dengan pemasok.
Pelanggan
menilai barang dan jasa yang diterima dapat diandalkan dan tepat pada waktunya.
Pemasok dapat memuaskan pelanggan apabila mereka memegang jumlah persediaan
yang banyak untuk meyakinkan pelanggan bahwa barang-barang yang diminati
tersedia ditangan. Akan tetapi biaya penanganan dan penyimpanan persediaan
menjadi tinggi, dan kemungkinan mengalami keusangan persediaan. Untuk
menghindari persediaan yang berlebihan, alternatif yang mungkin adalah membuat
pemasok mengurangi throughput time. Throughput time adalah total waktu dari
waktu pesanan diterima oleh perusahaan sampai dengan pelanggan menerima produk.
Memperpendek throughput time dapat berguna apabila pelanggan menginginkan
barang dari jasa segera mungkin.
4.
Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (learn and growth/ infrastructure perspective)
Untuk tujuan
insentif, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berfokus pada kemampuan
manusia. Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan.
Tolok ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan,
retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Kepuasaan karyawan mengakui bahwa
moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki produktivitas, mutu, kepuasan
pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur kepuasan
karyawan dengan mengirim survei, mewawancarain karyawan, mengamati karyawan
pada saat bekerja.
2.9
Implementasi
Balanced Scorecard
Organisasi sangat membutuhkan untuk
menerapkan Balanced Sorecard sebagai satu set ukuran kinerja yang multi
dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk mengukur semua bidang kinerja
yang penting bagi keberhasilan organisasi. Pendekatan yang paling luas dikenal
sebagai pengukuran kinerja. Balanced Scorecard sekarang banyak digunakan
sebagai untuk pengembangan strategi dan sebagai alat eksekusi yang dikembangkan
dalam lingkungan operasional. Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan misi
serta strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang dimengerti
(indikator), sehingga strategi dapat dipahami, dikomunikasikan dan diukur,
dengan demikian, berfungsi untuk semua kegiatan. Selain itu, indikator
memungkinkan pemantauan tingkat akurasi pelaksanaan strategi (Kaplan &
Norton, 1996).
Balanced Scorecad telah banyak
diterapkan sebagai alat ukur kinerja baik dalam bisnis manufaktur dan jasa.
Penerapannya adalah dengan berfokus pada empat perspektif Balanced Scorecard.
Pembahasan mengenai pengukuran kinerjadengan menggunakan Balanced Scorecard
lebih sering dilakukan dalam konteks penerapannya pada perusahaan atau
organisasi yang bertujuan mencari laba (profit-seeking organisations). Jarang
sekali ada pembahasanmengenai penerapan Balanced Scorecard pada organisasi
nirlaba (not-for- profit organisations) atau organisasi dengan karakteristik
khusus seperti koperasi, yang ditandai relational contracting, yakni saat owner
dan consumer adalah orang yang sama, serta di mana mutual benefit anggota menjadi prioritasnya
yang utama (Merchant, 1998).
Pada organisasi-organisasi semacam ini,
keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada kesuksesan pencapaian misi secara
luas daripada sekedar perolehan keuntungan. Pengukuran aspek keuangan ternyata
tidak mampu menangkap aktivitas-aktivitas yang menciptakan nilai
(value-creating activities) dari aktiva-aktiva tidak berwujud seperti:
1.
Ketrampilan,
kompetensi, dan motivasi para pegawai;
2.
Database dan
teknologi informasi;
3.
Proses operasi
yang efisien dan responsif;
4.
Inovasi dalam
produk dan jasa;
5.
Hubungan dan
kesetiaan pelanggan; serta
6.
Adanya dukungan
politis, peraturan perundang-undangan, dan darimasyarakat (Kaplan dan Norton,
2000)
Dengan Balanced
Scorecard para manajer perusahaan akan mampumengukur bagaimana unit bisnis mereka
melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan
kepentingan-kepentingan masa yang akan datang.
Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah
diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur,
demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai
pula apa yang telah dibina dalam intangible assets seperti merk dan
loyalitas pelanggan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor
yang amat penting bagi perusahaan dimana pengukuran tersebut dapat digunakan
untuk menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan
dalam perusahaan.
Selama ini, pengukuran kinerja secara tradisional
hanya menitikberatkan pada sisi keuangan. Melalui balanced scorecard , perusahaan
tidak hanya mengukur kinerja organiasasi (perusahaan) dari satu perspektif
keuangan saja, tetapi kinerja perusahaan diukur melalui empat persfektif yaitu
perspektif finansial, perspektif customer, perspektif proses bisnis internal,
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
3.2 Saran
Organisasi harus mengembangkan Balanced Scorecard
sesuai dengan kebutuhan mereka. Tantangan besar terjadi ketika mengembangkan
alat ukur, menyederhanakan proses, penanganan resistensi terhadap perubahan,
kelemahan berkomunikasi organisasi, mengumpulkan data, mengadaptasi teknologi
untuk proses dan benchmarking.
DAFTAR PUSTAKA
Andreas Viklund. /04Balanced Scorecard, Definisi, Konsep dan Perspektif. Diperoleh
27 Desember 2012, dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/balanced-scorecard-definisi-konsep-dan.html
Kurnianto,
Heru. 2006. Budaya Organisasi dan Balanced Scorecard (Dimensi teori dan
Praktik). Unit penerbitan Fakultas Ekonomi: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta